Back to Index

Mom & Baby

Tren Eco-Parenting, Ketika Mama Lebih Pilih Produk Ramah Lingkungan untuk Anak

Tren Eco-Parenting, Ketika Mama Lebih Pilih Produk Ramah Lingkungan untuk Anak

Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Tapi di tengah banyaknya pilihan produk bayi dan perlengkapan rumah tangga, kadang mama lupa memikirkan satu hal kecil yang juga penting, yaitu dampaknya untuk lingkungan.

Dari sinilah muncul gaya asuh yang mulai banyak dilakukan para mama, yaitu eco-parenting.

Gaya pengasuhan ini mengajak orang tua untuk lebih sadar terhadap alam dan kebiasaan yang dijalani sehari-hari di rumah. 

Melalui kebiasaan ini, anak bisa belajar menghargai alam sejak kecil. Orangtua pun ikut berkontribusi menjaga lingkungan lewat hal-hal sederhana di rumah.

Tips mengadopsi eco-parenting

Menjalani eco-parenting juga tidak sulit. Ada banyak langkah sederhana yang bisa dilakukan, mulai dari memilih popok kain, memakai peralatan makan yang bisa digunakan kembali, sampai membeli produk lokal agar tidak menambah jejak karbon dari pengiriman.

Agar lebih mudah memulai, berikut beberapa langkah kecil yang bisa mama terapkan saat memilih produk anak.

1.    Pilih merek lokal

Membeli produk dari merek lokal dapat membantu mengurangi jarak pengiriman, sehingga emisi karbon yang dihasilkan menjadi lebih rendah.

2.    Cek sertifikasi lingkungan

Sebelum membeli, coba lihat label seperti Eco Label, sertifikasi organik, atau tulisan “biodegradable”. Label ini menjadi petunjuk bahwa produk tersebut dibuat dengan proses yang lebih ramah lingkungan.

Hindari produk yang mengandung bahan berbahaya seperti BPA (Bisphenol-A), ftalat (phthalates), atau pewarna sintetis.

BPA adalah bahan kimia yang sering ditemukan pada plastik keras dan lapisan kaleng makanan, yang bisa berpindah ke makanan atau minuman dan berisiko mengganggu hormon tubuh.

Sementara, ftalat adalah bahan tambahan pada plastik agar lebih lentur, namun bisa memengaruhi sistem hormon dan pernapasan jika terpapar terus-menerus.

Begitu juga dengan pewarna sintetis, yang terkadang menyebabkan iritasi kulit atau reaksi alergi pada anak dengan kulit sensitif.

Karena itu, pastikan mama membaca label produk dengan teliti sebelum membeli, terutama untuk perlengkapan makan, botol minum, dan mainan anak. 

3.    Gunakan kembali atau hand-me-down

Fase tumbuh kembang anak yang cepat, sering kali membuat barang masih bagus walau jarang dipakai.

Daripada beli baru, mama bisa meminjam pakaian, sepatu, atau mainan bekas anak dari keluarga atau teman. Selain menghemat, langkah ini juga mengurangi sampah rumah tangga.

4.    Hindari barang sekali pakai

Popok sekali pakai, tisu, dan peralatan makan plastik memang praktis, tapi jumlah sampahnya besar.

Sebagai gantinya, gunakan popok kain, botol stainless, atau alat makan silikon yang bisa dicuci dan dipakai lagi.

Selain lebih ramah lingkungan, cara ini juga bisa membuat pengeluaran keluarga lebih hemat. 

Sebaliknya, kalau ada perlengkapan anak yang sudah tidak digunakan, simpan untuk adik atau berikan ke orang lain yang membutuhkan.

5.    Pilih bahan alami atau daur ulang

Untuk pakaian, pilih bahan yang nyaman seperti katun organik, bambu, atau linen.

Untuk mainan, pilih yang terbuat dari kayu atau plastik hasil daur ulang agar lebih tahan lama dan aman untuk anak. Hindari bahan sintetis yang sulit terurai agar tidak menambah beban lingkungan.

6.    Pilih produk yang tahan lama dan multifungsi

Barang bayi biasanya cepat tidak terpakai. Supaya tidak boros, pilih produk yang bisa digunakan lebih lama, seperti tempat tidur bayi yang bisa diubah menjadi tempat tidur anak, atau kursi makan yang bisa disesuaikan tingginya.

Cara menerapkan eco-parenting di rumah

Selain pilihan produk, kebiasaan kecil di rumah juga bisa mendukung gaya hidup ini. 

Ajak anak ikut menyiram tanaman, memilah sampah, atau membuat kompos dari sisa makanan. Kegiatan sederhana seperti ini bisa jadi cara seru untuk belajar mencintai alam.

Dengan memilih produk lokal, mengecek label lingkungan, dan membiasakan anak mencintai alam lewat kegiatan sederhana, mama sudah ikut menjaga bumi tetap sehat.

Sebab, menjaga lingkungan bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan anak-anak nanti.